PELAYANAN PUBLIK KESEHATAN TERNAK TERPADU “KASUS KECAMATAN TANASITOLO KABUPATEN WAJO”
Abstract
ABSTRAK
Pedoman Pelayanan Kesehatan Hewan di Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewan bahwa pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan merupakan penyelenggaraan kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan dalam bentuk pengamatan dan pengidentifikasian, pencegahan, pengamanan, pemberantasan dan atau pengobatan. Kabupaten Wajo merupakan daerah berbasis sektor pertanian, maka potensi sektor pertanian khususnya subsektor peternakan. Faktor utama produktifitas ternak adalah kesehatan ternak, pakan dan lingkungan sekitar ternak. Pengendalian penyakit pada suatu peternakan merupakan salah satu bagian yang penting dalam sebuah usaha peternakan. Ternak yang terserang penyakit akan mengakibatkan turunnya produksi kualitas produksi ternak dihasilkan, bahkan dapat menyebabkan kematian pada ternak tersebut. Penyakit merupakan salah satu faktor yang menghambat produksi dan reproduksi ternak. Pengendalian penyakit strategis pada ternak menjadi penting dan utama dalam mendukung program swasembada daging yang sedang digencar-gencarkan oleh pemerintah saat ini. Tujuan: Mendalami ilmu peternakan yang ada di lapangan khususnya kesehatan ternak. Menambah pengetahuan tentang pengamatan, pengidentifikasian, pencegahan, pengamanan, pemberantasan dan atau pengobatan penyakit ternak dan hewan kesayangan dan sebagai informasi bagi masyarakat dalam hal pengendalian penyakit Ternak dan Hewan Kesayangan. Metode: Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Januari - 24 Februari 2022 dengan berkunjung langsung pada kelompok binaan Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai dengan dengan jadwal yang ditentukan oleh bidang peternakan.
References
Amirin, M. 1993. Kesehatan Ternak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Akoso T. B. 2006.Kesehatan Sapi. Kanisus. Yogyakarta.
Dwinata, M.I. 2004. Prevelensi cacing nematoda pada rusa yang ditangkarkan. Jurnal Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Bali.
Flohe, R.G dan M.G. Traber. 1999. Vitamin E: Function and metabolism. J. FESEB. 13 (10):1145-1155.
Glaze 2009.Penilaian keadaan status gizi pada hewan dengan Body Condition Scoring (BCS). Body Condition Scores angka yang dipergunakan untuk mengukur kegemukan sapi
Hartati , A. Rasyid dan J. Efendy. 2010. Petunjuk Teknis Pemeliharaan Pejantan Sapi Potong. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian, Jakarta.
Jackson dan Cockroft (2002), penghitungan frekuensi nafas pada sapi
Kelly 2005; Anonimus 2007.Pemeriksaan Laboratorium kesehatan ternak DINKESWA INDONESIA
KEMENKES 2011. Pemeriksaan laboratorium hematologi, urinalisis, diagnosa penyakit pada hewan ternak
Kloosterman, P. 2007. Laminitis-prevention,diagnosis,dan treatmen. WCDS Advances in Dairy Technology. 19 (8) : 157-166.
Larsen, M. 2000. Prospect for controlling animalparasitic nematodes by predacius micro fungi. Parasitology. 120 (15) : 121-131.
Nainggolan Y.D.A. 2013. Studi Ekstoparasit Upaya Kesehatan Sapi Potong Peranakan Ongle (PO) Oleh Peternak di Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Sumatra Utara. Fakultas Kedokteran Hewan ITP Bogor
Ogbuewu, I.P.,N.O. Aladin, I.F. Etuk, M.N. Opera,M.C. Uchegbu,I.C. Ocoli,dan M.U. Iloeje. 2010. Relevance of oxygenn free radicals and antioxidants in sperm produktion and function. J. Vet.Sci.25 (3) : 134-138
Permentan. 2007. Petunjuk teknis dan Distribusi Semen Beku. Peraturan Direktur Jendral Peternakan. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Jakarta.
Permentan. 2012 Pedoman Pelaksanaan Pengawalan dan Koordinasi Pembibitan. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Jakarta.
Permentan.2014. Pedomn Pembibitan Sapi Potong yang Baik. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan ,Jakarta..No. 101/Permentan/OT.140/7/2014.
Sisilawati, E. Dan Mastio. 2010. Teknologi Pembibitan Ternak Sapi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, Jambi